Jakarta – Setiaji, S.T., M.Si selaku Chief Digital Transformasi Officer Kemenkes RI menjelaskan kehadiran Ekosistem SATUSEHAT mengatasi tantangan pelayanan kesehatan di Indonesia, dengan 60.000 data, melalui program ini berhasil diintegrasikan dengan baik dan bukan saja mendigitalisasikan data di kota besar namun semua data di pedalaman juga terintegrasi dengan baik seperti yang terjadi di Papua.
“Selama ini RS dan faskes, dokter harus menanyakan satu per satu mengenai data pasien seperti obat rutin, alergi dan sebagainya. Ini akan menghabiskan banyak waktu secara sia-sia. Problem-problem tersebut yang ingin ditangani melalui digitalisasi, Saat zaman covid, mungkin menyulitkan bagi masyarakat untuk menggunakan Peduli Lindungi. Namun sebetulnya itu sangat memudahkan Kementrian Kesehatan untuk collect Data” sebut Setiaji saat menekankan kesulitan penyortiran rekam medis secara manual.
SATUSEHAT menjadi platform data exchange dengan sebuah standard yaitu diagnosis, BPOM. Dengan standarisasi tersebut, data yang dikirimkan akan sama. Aplikasi PeduliLindungi telah diubah menjadi SATUSEHAT Mobile yang memiliki banyak fitur yang lebih advance. Dalam aplikasi ini, masyarakat dapat mengakses self screening, hasil lab, data kejiwaan, bahkan data privasi seperti massa tubuh dan pencapaian jarak jalan dalam kurung waktu tertentu.
Melalui SATUSEHAT, collect data terangkum secara sempurna ketika masyarakat mengunjungi fasilitas kesehatan. Mulai dari pendaftaran saat pasien masuk, sampai ketika pasien mendapat obat, semua data telah terkumpul lewat digitalisasi. Digitalisasi dalam dunia kesehatan ini bukan hanya memudahkan masyarakat untuk mendapat pelayanan optimal, namun juga membantu pihak kesehatan dalam melayani masyarakat dengan lebih efisien.
Dalam data SATUSEHAT, terdapat data private dan public. Data public adalah data yang bisa diakses semua orang sedangkan data private biasanya digunakan dalam riset dan penelitian tertentu. Aplikasi ini mencatat total pasien 83.700.355 yang merupakan akumulasi lebih dari 60% dari seluruh Indonesia. Lewat ASIK (Aplikasi Sehat Indonesiaku), orang tua dapat mengakses setiap data digital mengenai posyandu. Bahkan ibu dapat mengakses sertifikat vaksin anak juga mendapat data lengkap dari jumlah vaksinasi di wilayah tersebut.
Setiaji menggaris bawahi kemajuan pelayanan dengan digitalisasi bukan hanya bagi masyrakat namun juga tenaga kesehatan. Salah satunya melalui STR (Surat Tanda Registrasi) Seumur Hidup bagi para tenaga kesehatan yang dapat diakses melalui SATUSEHAT. Hal ini sebelumnya sering menjadi keluhan bagi tenaga kerja untuk memperpanjang izin praktik dan melihat data perkembangan pemilik secara mandiri yang kemudian dihempaskan dengan kehadiran STR Seumur Hidup.
“Dengan STR Seumur Hidup, data yang biasanya dapat diakses selama berminggu-minggu, kini dapat diakses dalam 7 Menit saja” sebutnya ketika mengungkapkan perkembangan digitalisasi kesehatan.
Setaji menyampaikan bahwa kolaborasi masih menjadi hal yang sangat penting untuk transformasi kesehatan di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa secanggih apapun teknologi, tanpa kolaborasi transformasi kesehatan secara menyeluruh tidak dapat terjadi. Dr. Muhammad Jumadi, Sekjen APIC selaku moderator memandu acara Sharing Knowledge APIC 2024 ini.
Penulis : Christine | Editor : Dian