Belasan Siswa di Ketapang Keracunan Program MBG, Pengelola Dapur Dinonaktifkan

Wartajaya.com – Sebanyak 20 siswa SDN 12 Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, harus menjalani perawatan medis setelah mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dugaan sementara, insiden tersebut dipicu oleh menu yang disajikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Mitra Mandiri 2, berupa nugget ikan hiu filet dengan saus tomat yang kondisinya tidak layak konsumsi.
Peristiwa ini bermula pada Selasa (23/9), ketika pihak sekolah membagikan menu MBG kepada para siswa sekitar pukul 09.30 WIB. Menu terdiri dari nasi putih, nugget ikan hiu filet, tahu goreng, oseng kol dengan wortel, serta buah melon. Tak lama setelah makanan dikonsumsi, sejumlah siswa mengeluh sakit perut, muntah, dan sesak napas. Jumlah anak yang terdampak semakin bertambah hingga mencapai 20 orang.
Kepala SDN 12 Benua Kayong, Dewi Hardina Febriani, menyampaikan bahwa gejala awal dialami oleh beberapa siswa, namun kondisinya cepat menyebar. Pihak sekolah segera memanggil tenaga medis dari Puskesmas, lalu merujuk para siswa ke RSUD dr. Agoesdjam Ketapang untuk mendapatkan perawatan intensif.
Menurut Dewi, tim sekolah menemukan indikasi makanan tidak segar. Nugget ikan hiu berbau menyengat, sementara sayuran tampak berlendir. Kondisi itu memperkuat dugaan bahwa menu MBG yang diberikan sudah mengalami kerusakan.
Atas kejadian tersebut, Kepala Regional MBG Kalimantan Barat, Agus Kurniawi, menegaskan adanya kelalaian dari pihak pengelola dapur. Ia menilai pemilihan ikan hiu, yang jarang dikonsumsi oleh anak-anak, turut memperburuk situasi. Sebagai langkah tegas, Kepala SPPG Dapur Mitra Mandiri 2, M. Yoga, resmi dinonaktifkan sementara waktu dan operasional dapur dihentikan untuk proses evaluasi.
Sementara itu, Wakil Bupati Ketapang, Jamhuri Amir, menekankan pentingnya akuntabilitas dari pihak pengelola dapur. Menurutnya, insiden ini harus ditangani dengan serius dan menjadi bahan evaluasi menyeluruh. Ia meminta agar penyebab utama keracunan diusut, apakah akibat minimnya pengawasan atau faktor lain yang memengaruhi kualitas makanan.
Kejadian tersebut juga memicu kekhawatiran para orang tua. Asri Yani, salah satu wali murid, mengaku panik saat mendengar anaknya dilarikan ke rumah sakit setelah muntah di sekolah. Ia berharap pemerintah daerah lebih ketat mengawasi pengelolaan dapur MBG agar peristiwa serupa tidak terulang.
Kasus ini menambah daftar insiden keracunan yang terjadi di Kalimantan Barat terkait program Makan Bergizi Gratis. Desakan agar program ini dievaluasi secara menyeluruh pun kembali mencuat, terutama dalam hal pemilihan bahan makanan serta kontrol kualitas di dapur penyedia.
Hingga kini, para siswa yang terdampak masih menjalani perawatan di RSUD dr. Agoesdjam. Pemerintah daerah bersama pihak MBG menyatakan akan terus memantau kondisi kesehatan korban sekaligus melakukan investigasi lebih lanjut untuk memastikan penyebab pasti keracunan.