Jaga Negeri

Peran Strategis Media dalam Membangun Moderasi Beragama di Era Digital

Moderasi beragama adalah salah satu isu krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di Indonesia yang dikenal dengan keberagamannya. Di tengah masyarakat yang multikultural, penting untuk menjaga harmoni, toleransi, dan kerukunan. Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si, sebagai salah satu tokoh nasional, telah memberikan kontribusi besar dalam mempromosikan moderasi beragama melalui berbagai pendekatan, terutama dengan memanfaatkan media sebagai alat untuk membangun narasi positif.

Artikel ini akan mengulas perjuangan Prof. Ngabalin dalam memperkuat moderasi beragama dengan fokus utama pada penggunaan media sebagai alat strategis untuk membangun narasi positif.

Moderasi Beragama: Fondasi Kehidupan Harmonis

Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si., merupakan salah satu tokoh yang memiliki komitmen tinggi dalam mempromosikan moderasi beragama sebagai landasan harmoni sosial di Indonesia. Sebagai akademisi sekaligus praktisi, Prof. Ngabalin telah menjadi pelopor dalam mengintegrasikan konsep moderasi beragama ke dalam kehidupan bermasyarakat, baik melalui pendidikan, dialog, maupun media. Bagi beliau, moderasi beragama adalah sebuah panggilan moral dan intelektual untuk membangun masyarakat yang rukun dan toleran di tengah keberagaman agama dan budaya.

Dalam banyak kesempatan, Prof. Ngabalin menekankan pentingnya penggunaan media sebagai alat strategis untuk menyebarluaskan narasi positif tentang moderasi beragama. Ia percaya bahwa media, baik konvensional maupun digital, memiliki peran yang signifikan dalam membentuk opini publik dan mendorong dialog lintas agama. “Media adalah jembatan antara perbedaan. Jika digunakan dengan bijak, media dapat menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan pesan-pesan damai dan moderat,” ungkapnya dalam sebuah forum nasional.

Sebagai seorang intelektual, Prof. Ngabalin menyadari bahwa tantangan utama moderasi beragama adalah maraknya narasi ekstrem yang seringkali tersebar luas di media sosial. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya pendekatan proaktif untuk melawan narasi-narasi tersebut. Salah satu langkah konkret yang diambilnya adalah dengan membangun konten-konten edukatif yang mudah diakses oleh berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum hingga generasi muda. Dengan gaya komunikasi yang santai namun penuh makna, Prof. Ngabalin mampu menarik perhatian banyak pihak untuk memahami esensi moderasi beragama.

Selain itu, Prof. Ngabalin juga aktif mendorong dialog antaragama melalui platform media. Ia sering menjadi narasumber dalam berbagai program televisi, webinar, dan diskusi publik yang membahas isu-isu keberagaman dan toleransi. Dengan pendekatan yang inklusif, ia berusaha menjelaskan bahwa moderasi beragama bukanlah upaya untuk menyeragamkan keyakinan, melainkan cara untuk menghormati perbedaan sambil tetap menjaga prinsip keagamaan masing-masing.

Dalam perspektif Prof. Ngabalin, moderasi beragama juga harus diterapkan dalam kebijakan publik dan sistem pendidikan. Ia mendorong pemerintah untuk memasukkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kurikulum pendidikan sebagai upaya jangka panjang untuk membangun generasi yang toleran dan berpikiran terbuka. Menurutnya, pendidikan adalah kunci utama untuk menginternalisasi sikap moderat sejak dini.

Sebagai seorang guru besar, Prof. Ngabalin tidak hanya berbicara tentang moderasi beragama dalam konteks Indonesia, tetapi juga dalam skala global. Ia sering menyuarakan pentingnya kolaborasi internasional untuk mempromosikan toleransi antarbangsa. Salah satu contoh konkret adalah kolaborasinya dengan Busan University of Foreign Studies di Korea Selatan, yang menunjukkan komitmennya dalam memperkuat hubungan antarnegara melalui pendidikan dan moderasi beragama.

Perjuangan Prof. Ngabalin dalam moderasi beragama menunjukkan betapa pentingnya peran individu dalam menciptakan perubahan. Dengan integritas dan dedikasinya, ia telah menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk terus menjaga kerukunan dalam keberagaman, sekaligus membangun masa depan yang lebih damai dan inklusif.

Peran Media dalam Moderasi Beragama

Salah satu fokus utama Prof. Ngabalin adalah penggunaan media sebagai alat untuk mempromosikan moderasi beragama. Dalam era digital ini, media memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi persepsi masyarakat. Menurut Prof. Ngabalin, media dapat menjadi jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan moderasi beragama kepada masyarakat luas.

Media, baik itu cetak, elektronik, maupun digital, dapat digunakan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya moderasi beragama. Artikel, program televisi, podcast, dan konten media sosial yang mengedepankan pesan-pesan moderasi beragama dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak muda hingga orang tua.

Prof. Ngabalin juga menekankan pentingnya memasukkan prinsip moderasi beragama ke dalam kurikulum pendidikan, yang didukung oleh konten media yang relevan. Dengan cara ini, generasi muda dapat memahami pentingnya toleransi dan harmoni sejak dini.

Media juga dapat menjadi platform untuk dialog antaragama. Program diskusi, seminar virtual, atau talk show dapat menghadirkan tokoh-tokoh agama, intelektual, dan masyarakat untuk berbicara tentang moderasi beragama. Hal ini dapat membuka ruang bagi masyarakat untuk memahami perspektif yang berbeda, sekaligus mengurangi potensi konflik.

Salah satu kekuatan terbesar media adalah kemampuannya untuk membangun narasi. Dalam konteks moderasi beragama, Prof. Ngabalin menekankan pentingnya narasi positif. Media sosial, sebagai salah satu medium yang paling populer saat ini, dapat digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi beragama. Kampanye digital dengan hashtag seperti #ModerasiBeragama atau #HarmoniDalamKeberagaman dapat menjadi cara efektif untuk menjangkau generasi milenial dan Gen Z.

Prof. Ngabalin sendiri aktif menggunakan media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan moderasi beragama. Ia sering membagikan pandangannya tentang pentingnya toleransi dan harmoni melalui platform seperti Twitter, Instagram, dan YouTube.

Baca juga: Feri Amsari Kritik Rencana Prabowo Bentuk Kementerian Penerimaan Negara: “Asal-Asalan dan Dadakan”

Narasi Positif: Kunci Memperkuat Moderasi Beragama

Narasi adalah cara untuk menyampaikan ide dan nilai kepada masyarakat. Dalam perjuangannya, Prof. Ngabalin selalu menekankan pentingnya narasi positif dalam memperkuat moderasi beragama. Narasi positif tidak hanya membantu mengurangi konflik tetapi juga mendorong masyarakat untuk hidup berdampingan secara damai.

Salah satu aspek utama dari narasi positif adalah penghargaan terhadap keberagaman. Dalam pidatonya, Prof. Ngabalin sering menekankan bahwa keberagaman adalah anugerah yang harus dijaga dan dirawat. Narasi yang menghargai keberagaman dapat membantu masyarakat untuk melihat perbedaan sebagai kekayaan, bukan ancaman.

Dialog adalah salah satu cara terbaik untuk membangun pemahaman. Prof. Ngabalin percaya bahwa narasi positif harus mendorong dialog antaragama. Dengan dialog, masyarakat dapat belajar untuk saling menghormati dan memahami, sehingga dapat menciptakan harmoni sosial.

Narasi positif tidak hanya berhenti pada wacana tetapi juga harus mendorong aksi nyata. Kampanye moderasi beragama yang disampaikan melalui media harus diikuti dengan langkah-langkah konkret, seperti program pendidikan, pelatihan, atau kegiatan sosial yang melibatkan berbagai kelompok agama.

Tantangan dalam Memperkuat Moderasi Beragama

Meskipun moderasi beragama memiliki banyak manfaat, perjuangan untuk memperkuatnya tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah munculnya ekstremisme dan radikalisme, yang sering kali menggunakan media untuk menyebarkan narasi negatif. Prof. Ngabalin menyadari bahwa melawan narasi negatif ini membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak.

Media sering kali disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks atau propaganda yang dapat memecah belah masyarakat. Oleh karena itu, Prof. Ngabalin menekankan pentingnya literasi media, agar masyarakat dapat membedakan antara informasi yang benar dan salah.

Banyak orang yang masih salah memahami konsep moderasi beragama. Beberapa menganggap moderasi beragama sebagai bentuk kompromi terhadap prinsip agama. Padahal, moderasi beragama adalah tentang keseimbangan dan penghormatan terhadap perbedaan.

Tidak semua masyarakat memiliki akses ke media, terutama di daerah terpencil. Hal ini menjadi tantangan dalam menyebarkan pesan moderasi beragama secara merata.

Membangun Kerja Sama untuk Moderasi Beragama

Dalam perjuangannya, Prof. Ngabalin tidak hanya bekerja sendiri tetapi juga membangun kerja sama dengan berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu contoh adalah kerjasamanya dengan Prof. Dr. Kim Soo-Il dari Busan University of Foreign Studies, yang menunjukkan pentingnya hubungan internasional dalam mempromosikan moderasi beragama.

Kerja sama ini tidak hanya terbatas pada bidang pendidikan tetapi juga meluas ke berbagai sektor lainnya. Dengan membangun kerja sama yang kuat, moderasi beragama dapat diperkuat secara global.

Perjuangan Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si dalam mempromosikan moderasi beragama adalah salah satu kontribusi besar bagi Indonesia. Dengan memanfaatkan media sebagai alat strategis, ia telah berhasil menyampaikan pesan-pesan moderasi beragama kepada masyarakat luas.

Narasi positif yang dibangun melalui media tidak hanya membantu mengurangi konflik tetapi juga mendorong masyarakat untuk hidup berdampingan secara damai. Namun, perjuangan ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, serta upaya untuk mengatasi tantangan yang ada.

Seperti yang sering disampaikan oleh Prof. Ngabalin, “Moderasi beragama adalah fondasi bagi dunia yang damai dan harmonis.” Dengan semangat ini, mari kita bersama-sama memperkuat moderasi beragama demi masa depan yang lebih baik.

Penulis: Christine Natalia

Related Articles

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button