Wartajaya.com – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat selama lebih dari 24 jam sejak Rabu (4/12/2024), memicu banjir bandang, tanah longsor, dan pergerakan tanah di sejumlah wilayah. Sebanyak 22 kecamatan terdampak bencana ini, dengan kerusakan signifikan pada infrastruktur dan rumah warga.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, bencana tersebut mengakibatkan satu korban jiwa yang tertimbun longsor. Selain itu, sebanyak 243 orang dari 46 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi. Abdul juga mengungkapkan bahwa tujuh KK (19 jiwa) yang berada di wilayah rawan longsor masih menunggu proses evakuasi.
Kerugian material pun cukup besar, dengan 36 rumah mengalami kerusakan ringan, tiga rumah rusak sedang, dan satu rumah rusak berat. Tidak hanya itu, enam fasilitas umum rusak, jalanan terputus, dan sebuah jembatan penghubung di Desa Sirnajaya, Kecamatan Warung Kiara, terseret arus.
Pemerintah Kabupaten Sukabumi telah menetapkan status tanggap darurat bencana selama sepekan sejak Rabu (4/12/2024). Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman, menyatakan bahwa posko tanggap darurat telah didirikan di Pendopo Palabuhanratu sebagai pusat koordinasi.
“Bantuan berupa selimut dan makanan telah kami salurkan ke lokasi-lokasi terdampak, salah satunya di Desa Sukamaju, Cikembar,” ujar Ade dalam konferensi pers pada Rabu malam. Pemerintah daerah juga terus berupaya membuka akses ke wilayah yang terisolasi akibat longsor dan banjir.
Baca juga: Kronologi dan Fakta Baru Penembakan Siswa SMK oleh Oknum Polisi di Semarang
Di tengah musibah ini, upaya evakuasi warga menjadi prioritas. Puluhan warga dilaporkan terjebak di Puskesmas Palabuhanratu dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter. Koordinator Pos SAR Basarnas Sukabumi, Suryo Adianto, menyebutkan bahwa proses penyelamatan cukup menantang akibat derasnya arus banjir.
“Kami menggunakan perahu karet dan alat pengaman khusus untuk mengevakuasi 24 orang yang terjebak, termasuk anak-anak dan pasien yang sedang berobat. Seluruh korban berhasil dievakuasi dengan selamat,” jelas Suryo.
Selain itu, enam mobil warga hanyut terbawa banjir di kawasan Palabuhanratu. Manajer Pusat Pengendalian Operasi BPBD Sukabumi, Daeng Sutisna, menegaskan bahwa pihaknya masih melakukan pendataan terhadap kendaraan terdampak.
Meski tantangan cukup berat, kolaborasi antara BNPB, BPBD, Basarnas, dan relawan menjadi kunci dalam menangani dampak bencana ini. Abdul Muhari menegaskan bahwa penanganan jangka pendek hingga pemulihan pascabencana akan terus diupayakan.
“Kami memastikan bahwa kebutuhan dasar para pengungsi terpenuhi dan akses ke wilayah terdampak segera dibuka kembali,” katanya.
Bencana ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem. Pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat bersama-sama membangun ketahanan bencana untuk meminimalisasi dampak di masa mendatang.