Wartajaya.com – Sebuah video yang menampilkan seorang polwan yang marahi warga saat sedang makan telah memicu polemik di kalangan masyarakat dan memancing reaksi dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) serta Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
Video yang diunggah oleh akun X @kegblgnunfaedh pada Jumat (23/8/2024) menunjukkan seorang polwan bernama Putri Citra menegur seorang warga yang sedang makan di sebuah warung di Jalan Teratai, Kecamatan Tambaksari, Surabaya. Dalam video tersebut, polwan tersebut terlihat marah ketika warga tersebut menjawab pertanyaan polisi sambil makan.
“Heh mas kalau diajak ngobrol tuh emang sopan ya sambil makan? Hah sopan gak kayak gitu saya tanya? coba kalau saya gak menghargai mas saya dorong-dorong gitu, gimana?” ujar polwan tersebut dengan nada kesal.
Video tersebut sempat viral dan menuai kritik dari masyarakat yang menilai tindakan polwan tersebut tidak profesional dan tidak berempati. Kritikan juga mengarah pada sikap polisi yang dianggap kasar dan tidak memahami situasi.
Polri melalui Divisi Hubungan Masyarakat (Divhumas) resmi memberikan klarifikasi terkait video tersebut. Menurut mereka, video yang beredar merupakan cuplikan dari program televisi “The Police” yang menayangkan kegiatan polisi dalam menjalankan tugas pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
“Kegiatan tersebut terjadi saat kami melakukan Patroli Perintis Satmapta di Surabaya. Warga yang ditampilkan dalam video sedang meminum minuman keras dan tidak berperilaku sopan ketika ditegur oleh polisi. Namun, kami memberikan teguran lisan kepada orang tersebut karena tindakan yang tidak sesuai,” jelas Divhumas Polri dalam pernyataannya.
Namun, pernyataan Polri justru menambah keraguan publik terhadap sikap polisi. Banyak yang merasa bahwa penjelasan tersebut tidak cukup untuk membenarkan tindakan polwan yang dianggap kasar.
Baca juga: Jessica Wongso Bebas Bersyarat, Pengajuan Peninjauan Kembali Tetap Berlanjut
Komisioner Kompolnas, Yusuf Warsyim, menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendekatan polisi dalam kasus tersebut. “Saya belum mengetahui alasan polwan marahi warga saat makan. Namun, saya menilai pendekatan yang dilakukan polisi kepada warga terlihat kaku dan judes,” ujarnya pada Minggu (25/8/2024).
Yusuf menambahkan bahwa cara polisi berkomunikasi dengan warga kurang patut dan terkesan menghakimi. “Polisi seharusnya memahami timing ketika melakukan pencegahan kejahatan. Mereka bisa menyapa lalu melihat situasi dan kondisi sehingga tidak terkesan menghakimi dan mengepung warga,” tambahnya.
Selain itu, Yusuf juga mengkritik tampilan polisi yang terkesan superior dalam program televisi tersebut. “Video yang ditampilkan seakan-akan menunjukkan polisi yang paling tahu soal sopan santun, sementara warga tidak sopan. Seharusnya, polisi bisa lebih bijak dalam berinteraksi dengan warga,” katanya.
Kritik dari Kompolnas ini mempertegas pandangan negatif publik terhadap tindakan polisi dalam video tersebut. Masyarakat mulai mempertanyakan profesionalisme dan empati polisi dalam menjalankan tugasnya.
Ajun Komisaris Polisi (AKP) Haryoko Widhi dari Polrestabes Surabaya mencoba memberikan penjelasan lebih lanjut. Ia menyebutkan bahwa video tersebut adalah bagian dari kegiatan Patroli Perintis Satmapta yang bertujuan menciptakan situasi aman dan kondusif di masyarakat.
“Lokasi kejadian di warung tersebut adalah saat kami menemukan beberapa pemuda yang meminum minuman keras di tempat umum. Salah satu pemuda bahkan di bawah pengaruh alkohol dan tidak sopan ketika diajak berbicara,” ujar Haryoko. Ia menegaskan bahwa tindakan polwan tersebut merupakan bagian dari upaya penegakan hukum terhadap perilaku yang tidak pantas di ruang publik.
Namun, penjelasan dari Polrestabes Surabaya belum mampu meredakan kritik yang ada. Banyak masyarakat yang tetap menilai tindakan polisi tersebut tidak sesuai dengan prinsip pelayanan publik yang seharusnya ramah dan penuh empati.
Dalam konteks ini, muncul pertanyaan besar mengenai bagaimana polisi Indonesia menyeimbangkan antara penegakan hukum dan pelayanan kepada masyarakat. Kontroversi ini juga menjadi sorotan bagaimana program televisi yang menayangkan aktivitas polisi dapat mempengaruhi citra Polri di mata publik.
Sumber: Kompas.