POLITIK

Hendry Lie Diduga Nikmati Uang Haram Rp1 Triliun Hasil Korupsi Timah, Tidak Ditahan Karena Sakit

Wartajaya.com – Masuknya nama Hendry Lie, pendiri maskapai Sriwijaya Air, dalam pusaran korupsi PT Timah (Persero) Tbk telah mengejutkan kalangan pengusaha. Pada 27 April 2024, Kejaksaan Agung (Kejagung) resmi menetapkan Hendry sebagai tersangka dalam kasus yang merugikan negara hingga Rp300 triliun. Namun, berbeda dengan tersangka lainnya, Hendry tidak ditahan karena alasan kesehatan.

Hendry Lie, yang memiliki berbagai penyakit serius, seperti kanker usus besar stadium tiga, gangguan atrial fibrillation, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal kronis, saat ini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Kondisi kesehatannya yang parah membuatnya lolos dari penahanan, yang menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat tentang keadilan hukum di Indonesia.

Dalam kasus ini, Hendry Lie diduga menerima uang haram sebesar Rp1 triliun. Uang tersebut diperoleh melalui perannya sebagai Beneficial Ownership atau pemilik manfaat dari PT Stanindo Inti Perkasa. Perusahaan ini mengajukan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) periode 2015-2019 yang seharusnya digunakan untuk penambangan di wilayah IUP masing-masing perusahaan smelter dan afiliasinya. Namun, RKAB tersebut digunakan untuk melegalkan pengambilan bijih timah dari tambang ilegal di IUP PT Timah Tbk, yang jelas-jelas merusak lingkungan dan merampok uang negara.

Di Indonesia, hanya sedikit pengusaha yang berhasil mendirikan maskapai penerbangan. Nama Hendry Lie melambung ketika ia mendirikan Sriwijaya Air pada era 2000-an. Nama Sriwijaya dipilih dengan harapan maskapai ini akan sukses seperti Kerajaan Sriwijaya yang dikenal sebagai penguasa maritim terbesar di Asia Tenggara. Meskipun bisnis maskapai penerbangan mengalami pasang surut, Sriwijaya Air sempat menjadi salah satu maskapai terbesar di Indonesia, mengangkut lebih dari 950 ribu penumpang per bulan dari hubnya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta ke 53 destinasi di Indonesia dan tiga negara kawasan.

Saat mendirikan Sriwijaya Air, Hendry tidak sendirian. Ia bekerja sama dengan tiga rekannya yang masih saudaranya, yaitu Chandra Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim. Beberapa ahli juga turut merintis berdirinya Sriwijaya Air, seperti Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W., Capt. Harwick L., Gabriella, Suwarsono, dan Joko Widodo.

Baca juga: Wanda Hara Dilaporkan ke Bareskrim Polri atas Dugaan Penistaan Agama

Sriwijaya Air memulai bisnisnya dengan satu pesawat Boeing 737-200 dan melakukan penerbangan perdananya pada 10 November 2003 dengan rute Jakarta-Pangkal Pinang PP, Jakarta-Palembang PP, Jakarta-Jambi PP, dan Jakarta-Pontianak PP. Saat ini, Sriwijaya Air memiliki 48 pesawat Boeing dengan total 53 rute, termasuk rute regional Medan-Penang dan rute internasional lainnya. Operasional Sriwijaya Air kini digabungkan ke Garuda Indonesia Group melalui skema kerja sama operasi atau joint operation (KSO).

Kasus korupsi yang melibatkan Hendry Lie tentu saja berdampak negatif pada reputasi Sriwijaya Air. Banyak pihak mempertanyakan bagaimana seorang pengusaha yang sukses di industri penerbangan bisa terlibat dalam skandal korupsi sebesar ini. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang integritas dan kredibilitas manajemen Sriwijaya Air serta dampaknya pada kepercayaan publik terhadap maskapai ini.

Publik sangat berharap agar Kejaksaan Agung bertindak tegas dan transparan dalam menangani kasus ini. Meski Hendry Lie tidak ditahan karena alasan kesehatan, masyarakat menuntut agar proses hukum tetap berjalan dan tidak ada perlakuan istimewa bagi tersangka kasus korupsi. Kejagung harus memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam korupsi PT Timah Tbk, termasuk Hendry Lie, mendapatkan hukuman yang setimpal.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa korupsi masih menjadi masalah besar di Indonesia, dan penegakan hukum yang tegas serta transparan adalah kunci untuk memberantasnya. Hanya dengan cara ini, kepercayaan publik terhadap sistem hukum dan pemerintahan dapat dipulihkan.

Kasus korupsi yang melibatkan Hendry Lie mencoreng citra dunia usaha di Indonesia. Meskipun ia berhasil membangun Sriwijaya Air menjadi salah satu maskapai terbesar di Indonesia, keterlibatannya dalam korupsi PT Timah Tbk menunjukkan bahwa kesuksesan bisnis tidak menjamin integritas moral. Kasus ini harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan transparansi dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis.

Sumber: Inilah.

Related Articles

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button