Wartajaya.com – Kontroversi baru-baru ini mengenai dukungan beberapa perusahaan terhadap Israel telah mengguncang kalangan konsumen yang sensitif terhadap isu politik dan kemanusiaan. Salah satu perusahaan yang menjadi sorotan adalah Oreo, biskuit ikonik yang mendapat kritik karena dukungannya terhadap rezim Zionis Israel.
Dalam sebuah unggahan di media sosial, Oreo menyatakan dukungan mereka terhadap komunitas LGBTQ+ dengan memanfaatkan simbol pelangi, yang secara tidak langsung mendukung nilai-nilai inklusivitas. Meskipun tujuan yang dinyatakan adalah untuk mempromosikan keadilan sosial, langkah ini malah menimbulkan kecaman dari sebagian konsumen yang memandangnya sebagai bentuk dukungan terhadap agenda politik yang kontroversial.
“Happy Pride! OREO is proud to support the LGBTQ+ community year-round and continue our longstanding partnership with @pflag to support their vision of an equitable, inclusive world,” tulis Oreo dalam unggahan tersebut.
Dukungan serupa juga dialamatkan kepada perusahaan teknologi Spotify, yang baru-baru ini mengekspresikan simpati terhadap Israel dalam konflik di Gaza. Pernyataan mereka mengenai “sedih atas serangan teroris terbaru di Israel” menuai protes keras, terutama setelah Spotify dianggap memblokir lagu Palestina populer dengan alasan kontroversial.
Pengguna media sosial X menyerukan boikot terhadap Spotify dengan menggunakan tagar #BoikotSpotify, mengkritik keputusan perusahaan untuk mengambil sikap yang dianggap memihak pada salah satu pihak dalam konflik yang berlarut-larut antara Israel dan Palestina.
Kontroversi ini semakin meluas ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang mengimbau umat Islam untuk tidak menggunakan produk dari perusahaan yang mendukung agresi Israel terhadap Palestina. Dalam fatwa tersebut, MUI menegaskan komitmen mereka terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina dan menyerukan umat Islam untuk memilih produk yang tidak terlibat dalam mendukung rezim Zionis.
“Fatwa ini mencerminkan komitmen MUI terhadap penolakan tegas terhadap agresi dan upaya genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina,” ujar Asrorun Niam Sholeh, Ketua MUI bidang Fatwa.
Beberapa produk yang masuk dalam daftar boikot termasuk Sunlight, produk pencuci piring dari Unilever, serta Aqua dari Danone, yang dianggap memiliki keterkaitan dengan Israel melalui afiliasi perusahaan atau negara asalnya.
Kritik terhadap perusahaan-perusahaan ini menggambarkan ketidaksetujuan yang mendalam terhadap campur tangan politik dalam kehidupan sehari-hari. Para konsumen yang peduli dengan isu-isu kemanusiaan dan keadilan merasa perlu untuk mengambil sikap dengan tidak mendukung perusahaan yang terlibat dalam agenda politik yang kontroversial dan dapat memperburuk konflik yang sudah ada.
Sementara Oreo dan Spotify mungkin berusaha untuk mempromosikan nilai-nilai inklusivitas dan mengekspresikan simpati terhadap isu-isu sosial, dukungan mereka terhadap Israel telah menimbulkan pertanyaan serius tentang tanggung jawab perusahaan dalam konteks global yang semakin peka terhadap isu-isu politik dan kemanusiaan.
Dalam menghadapi kompleksitas konflik global, konsumen di seluruh dunia dihadapkan pada tantangan untuk membuat keputusan yang lebih bijak dalam memilih produk dan layanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan mereka, tetapi juga sejalan dengan nilai-nilai yang mereka anut.
Kontroversi ini memperlihatkan bahwa kekuatan konsumen dalam mempengaruhi sikap perusahaan tidak boleh diabaikan. Dengan memilih untuk tidak mendukung perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam agenda politik yang memicu konflik, konsumen berpotensi memberikan dampak yang signifikan dalam mendukung perdamaian dan keadilan di dunia yang semakin terhubung ini.
Baca juga: Bakar Suami Hingga Tewas Akibat Cekcok Masalah Uang, Polwan di Jatim Jadi Tersangka!
Sumber: BacaKoran.