Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/wartajaya.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Blokade Bertubi-tubi, 3.500 Anak Gaza di Ujung Tanduk Kelaparan!
Site icon www.wartajaya.com

Blokade Bertubi-tubi, 3.500 Anak Gaza di Ujung Tanduk Kelaparan!

3.500 Anak Gaza di Ambang Kematian, Krisis Kelaparan Akibat Blokade Israel. Sumber Detik.

3.500 Anak Gaza di Ambang Kematian, Krisis Kelaparan Akibat Blokade Israel. Sumber Detik.

Wartajaya.com – Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk dengan lebih dari 3.500 anak di bawah usia lima tahun terancam meninggal dunia akibat kebijakan Israel yang membatasi akses warga Palestina ke makanan dan kebutuhan dasar lainnya. Informasi ini disampaikan oleh kantor media di wilayah tersebut pada hari Senin, 3 Juni 2024.

Kantor media Gaza menyatakan, “Lebih dari 3.500 anak di bawah usia lima tahun terancam meninggal dunia di Gaza akibat kebijakan Israel yang membuat anak-anak kelaparan.” Mereka menyoroti kekurangan susu dan makanan, kurangnya suplemen nutrisi, serta tidak adanya vaksinasi sebagai faktor utama yang membahayakan kehidupan anak-anak tersebut.

Selama empat minggu berturut-turut, bantuan kemanusiaan dilarang masuk ke Gaza, menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi penduduk setempat. “Di tengah kesunyian internasional yang memekakkan telinga,” kata kantor media Gaza, bantuan yang sangat dibutuhkan ini tidak dapat mencapai mereka yang paling membutuhkan.

Tragedi ini semakin diperparah dengan meninggalnya seorang anak Palestina pada Sabtu, 1 Juni 2024, di Gaza tengah. Anak tersebut meninggal karena kelaparan setelah Israel menutup pintu perlintasan Rafah dan mencegah bantuan kemanusiaan masuk selama hampir sebulan. Kantor berita resmi Palestina, WAFA, melaporkan, “Seorang anak Palestina berusia 13 tahun meninggal karena kelaparan di Rumah Sakit Al-Aqsa Martir di Deir Al-Balah di Gaza tengah di tengah penutupan perbatasan Rafah.”

Menurut WAFA, hingga saat ini, malnutrisi dan dehidrasi telah merenggut 37 nyawa di Jalur Gaza akibat pembatasan ketat terhadap bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah yang telah diduduki Israel sejak 1967 tersebut. Penutupan perbatasan Rafah selama 28 hari berturut-turut telah menimbulkan kekhawatiran akan memburuknya situasi kemanusiaan akibat kekurangan pasokan penting, terutama di Gaza utara.

Pada 7 Mei lalu, Israel mengambil alih kendali sisi Palestina di perbatasan Rafah-Mesir setelah aksi militer yang mengabaikan seruan internasional untuk mengizinkan bantuan masuk. Israel juga menutup perbatasan bagi orang-orang yang terluka yang mencari perawatan ke luar Gaza dan memblokir bantuan kemanusiaan yang sudah langka untuk masuk.

Kantor media Gaza menekankan bahwa anak-anak ini menderita “malnutrisi akut, yang mempengaruhi tubuh mereka, membuat mereka rentan terhadap penyakit menular, menghambat pertumbuhan, dan mengancam kelangsungan hidup mereka.” Anak-anak ini tidak memiliki akses ke layanan penting, dan kondisi mereka semakin buruk karena tidak adanya vaksinasi dan obat-obatan penting.

Kantor media Gaza menyeru kepada komunitas internasional untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan menyelamatkan anak-anak di Gaza. Mereka mencatat bahwa “335.000 anak hidup dalam kondisi yang sangat sulit akibat genosida, pengungsian, dan efek lainnya dari agresi Israel.”

Sejak 2006, Israel memberlakukan blokade di Gaza, menyebabkan sekitar 2 juta dari 2,3 juta penduduknya hidup dalam kondisi bencana dengan kekurangan makanan, air, dan obat-obatan yang parah. Blokade ini semakin memperparah situasi setelah serangan besar Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan lebih dari 36.400 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 82.600 orang lainnya.

Delapan bulan setelah serangan tersebut, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade yang mencegah masuknya makanan, air bersih, dan obat-obatan. Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam putusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah.

Lebih dari satu juta warga Palestina berlindung dari serangan Israel di Rafah, sebelum wilayah itu diinvasi pasukan darat Israel pada 6 Mei. Situasi ini menambah daftar panjang penderitaan yang dialami oleh penduduk Gaza, khususnya anak-anak yang menjadi korban paling rentan dalam konflik ini.

Dalam menghadapi krisis ini, komunitas internasional diharapkan untuk segera bertindak dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menyelamatkan nyawa ribuan anak yang terancam kelaparan. Tanpa intervensi yang cepat dan efektif, angka kematian diperkirakan akan terus meningkat, memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah sangat kritis di Jalur Gaza.

Baca juga: Fakta Penangkapan Pegi Setiawan, Buron 8 Tahun Kini Terancam Hukuman Mati?

Sumber: Kompas.

Exit mobile version