Kapolri Minta Kasatwil Pertahankan Pengendalian COVID-Kebiasaan Berbuat Baik
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta jajarannya mempertahankan pengendalian angka penambahan kasus positif COVID-19. Menurutnya, saat ini pengendalian kasus sudah sangat baik.
“Dalam kesempatan, ini saya selaku Kapolri mengucapkan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya pada seluruh personel Polri, baik di Mabes, polda, maupun di pulau terjauh-terpencil yang telah melaksanakan seluruh kerja kerasnya,” ungkap Sigit saat memberi pengarahan di Apel Kasatwil Polri 2021, Bali, Jumat (3/12/2021) malam.
“Keberhasilan penanganan COVID-19 tak lepas dari kerja keras rekan-rekan semua. Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya,” kata mantan Kabareskrim Polri ini.
Sigit menyatakan kerja keras seluruh personel Polri terkait penanggulangan pandemi COVID-19 telah membuahkan optimisme negara mampu bangkit dari hantaman pandemi. Dia juga mengatakan keberhasilan Indonesia dalam menekan penambahan kasus positif membuat gelaran sejumlah acara besar, seperti PON Papua, World Superbike Championship (WSBK) Mandalika, NTB, hingga Indonesia Badminton Festival (IBF) di Bali dapat berlangsung dengan baik.
Sigit kemudian mengungkapkan kerja keras dalam pengendalian COVID-19 oleh seluruh elemen bangsa di Tanah Air membuat Indonesia dipilih dan dipercaya sebagai lokasi acara Presidensi G20 dan MotoGP di waktu mendatang.
“Karena itu, tentunya dalam kesempatan ini saya dorong rekan-rekan terus pertahankan posisi yang diraih. Berbagai pencapaian dan ucapan apresiasi ke seluruh rekan-rekan ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus pertahankan,” tutur mantan Kadiv Propam Polri ini.
Arahan Terkait Transformasi Menuju Presisi
Sigit pun menyampaikan arahan terkait konsep transformasi Polri menuju Presisi, yang dipercaya mampu menjawab tantangan dan harapan masyarakat pada Korps Bhayangkara. Sigit menegaskan transformasi perubahan adalah keharusan dalam organisasi modern.
Sigit menilai penerapan transformasi menuju Presisi dari sisi kuantitas capaian cukup bagus dengan angka rata-rata di atas 95 persen. Namun dia berharap sisi kualitas dari program-program dan inovasi yang dibuat dapat signifikan dampaknya ke masyarakat.
“Karena jargon ‘Salam Presisi’ tidak hanya berhenti sampai di situ. Tapi bagaimana kemudian ‘Salam Presisi’ betul-betul dirasakan di hati masyarakat,” ujar Sigit.
Dia memperingatkan seluruh jajaran untuk menghindari tindakan kontraproduktif yang berdampak kepada organisasi. Sigit meminta oknum-oknum yang berperilaku menyimpang menghormati komitmen personel lainnya yang sudah bekerja dengan baik.
“Artinya secara kuantitas turun, namun hanya beberapa peristiwa pelanggaran yang kemudian diviralkan, maka kepercayaan publik ke kita langsung turun,” ungkap Sigit.
Transformasi menuju Polri Presisi, masih kata Sigit, juga wajib dibarengi dengan perubahan arus berpikir untuk menjadi lebih baik. Dia menerangkan Polri harus menyesuaikan organisasi dengan perkembangan zaman.
3 Kecakapan yang Wajib Dimiliki Polisi
Sigit mewajibkan tiap personel Polri cakap di sisi teknis, leadership, dan etika. Cakap teknis diimplementasikan dengan profesionalisme, selanjutnya cakap leadership dapat diwujudkan dengan memimpin dari satuan terkecil hingga terbesar.
Soal kompetensi teknis dan leadership, Sigit yakin hampir seluruh anggota Polri memilikinya. Namun yang masih menjadi masalah adalah kompetensi etika.
“Yang paling sulit kompetensi etika. Inilah yang tentunya akan mereka, kultur dan budaya organisasi, gimana kita tanamkan nilai baik untuk dibiasakan,” jelas Sigit.
“Sehingga itu menjadi perilaku keseharian, itu menjadi suatu modal keutamaan. Tanpa kita sadar kalau ini bisa kita lakukan, maka risiko untuk lakukan pelanggaran akan berkurang,” lanjut dia.
Sigit optimistis Polri akan betul-betul dapat merebut hati masyarakat bila kultur budaya organisasi berubah. Dia meminta jajarannya keluar dari zona nyaman.
“Ini adalah hal yang mungkin paling sulit, karena memang gimana kita harus mampu mengubah dari zona nyaman. Namun, di sisi lain, ini harus kita lakukan. Apabila kita ingin organisasi kita jadi baik, apabila kita ingin anggota kita baik, tanamkan budaya untuk berbuat baik. Ini harus dilakukan berulang-ulang,” tegas Sigit.
Dia pun mengurai soal manajemen metode transformasi Polri Presisi. Diterangkan Sigit, pemolisian prediktif berguna untuk mencegah dan menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Perihal itu juga terkait dengan kemampuan polisi melakukan pendekatan preemtif, preventif, dan represif.
“Ke depan, tentunya kita juga menginginkan Polri dapat memanfaatkan teknologi informasi, yang dapat terkoneksi dengan satu kesatuan big data. Contohnya yang dimiliki Kemenkes untuk aplikasi PeduliLindungi. Ini tentunya menjadi sangat baik apabila kita dapat mengelola semua data menjadi satu antara kementerian/lembaga,” urai dia.
“Sehingga peristiwa di suatu tempat dapat kita baca dan kita lakukan upaya preemtif dan preventif sebelum kejahatan terjadi. Ini merupakan cita-cita dan harapan ke depan,” tambah Sigit.
Tak berhenti di situ, Sigit menjelaskan perihal manajemen sarana dan prasarana, di mana jajaran diminta terus menyesuaikan lingkungan strategis yang akan dihadapi. Dia mewajibkan kepastian akan seluruh kebutuhan pelaksanaan tugas. Lalu soal manajemen anggaran, di mana seluruh jajaran diminta terus mempertahankan tren positif yang ada.
Kesulitan Anggota Dipahami-Pemahaman Berbuat Baik Ditanamkan
Dalam kesempatan ini juga, menyangkut soal leadership, Sigit menyampaikan pimpinan harus bisa menjadi teladan bagi seluruh anggotanya. Dia mengatakan kepala satuan wilayah (kasatwil) harus mau turun ke bawah untuk tahu permasalahan dan kesulitan jajarannya.
“Sehingga pada saat kita ambil keputusan atau memberikan perintah, akhirnya perintah tersebut benar. Jadi sangat penting bagaimana saat situasi sulit, kita turun ke lapangan. Kemudian kita ambil langkah untuk ambil alih terhadap permasalahan yang ada. Ini menjadi penting,” tegas Sigit.
Terakhir, Sigit menyatakan pemimpin harus mampu menanamkan pemahaman soal perbuatan baik kepada anggota. “Kita tentunya harus kita biasakan lakukan hal-hal yang sifatnya berbuat baik. Mulai dari hal kecil saja, seperti misalnya kegiatan menyeberangkan anak-anak kecil atau orang tua, dorong mobil. Hal kecil seperti itu,” pungkas Sigit.
Sumber: detik.com