NASIONAL

Hujan kritik untuk Nadiem terkait terobosan pendidikan

Jakarta, CNN Indonesia — Sejumlah pemerhati pendidikan mengkritik hingga membantah pernyataan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yang mengaku telah melakukan sejumlah terobosan dalam bidang pendidikan setelah hampir dua tahun menjadi menteri.

Awalnya, Nadiem menjawab pertanyaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat memperingati Hari Pendidikan Nasional pada Minggu (2/5) lalu. Jokowi bertanya soal terobosan mantan bos Go-Jek itu selama menjadi Mendikbud.

Nadiem mengatakan memiliki beberapa terobosan, mulai dari Asesmen Nasional, Guru Penggerak, perbaikan sistem penyaluran dan pelaporan dana BOS, Kampus Merdeka, hingga bagi-bagi laptop lewat program digitalisasi sekolah.

“Bekerja sama dengan Menkominfo untuk memastikan sekolah jadi prioritas koneksi internet. Dari Kemendikbud kami siapkan program distribusi laptop terbesar yang pernah terjadi,” kata Nadiem.

Digitalisasi sekolah adalah salah satu program unggulan Nadiem sejak menjabat sebagai Mendikbud pada 2019 lalu. Program itu sempat disampaikan Nadiem dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR RI awal September 2020 lalu.

Untuk program itu, Kemendikbud rencananya akan menggelontorkan anggaran hingga Rp1,49 triliun pada 2021.

Selain bagi-bagi laptop dan komputer ke sekolah, digitalisasi juga dilakukan dengan penguatan platform digital dengan nilai anggaran sebesar Rp109,85 miliar. Lalu, Rp74,02 miliar untuk bahan belajar dan media pendidikan digital.

Praktisi pendidikan Indra Chrismidiaji mempertanyakan program tersebut. Alih-alih bicara digitalisasi, ia mempertanyakan keseriusan pemerintah dan Kemendikbud, kini Kemendikbudristek, yang justru ngotot ingin cepat-cepat menggelar pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Indra, keinginan itu justru bertolak belakang dengan program digitalisasi yang dicetuskan Kemendikbud.

“Buktinya udah tiga kali ngeluarin SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 menteri isinya supaya (belajar) tatap muka kan. Dan di setiap penjabaran dikatakan pembelajaran tanpa tatap muka itu menghasilkan learning loss. Itu, berdampak buruk,” kata Indra kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/5).

“Berarti sama aja dia mengatakan digitalisasi itu enggak bagus. Kan sama aja gitu kan?” ujarnya menambahkan.

Infografis Jumlah Anggaran yang Dikelola NadiemFoto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi
Infografis Jumlah Anggaran yang Dikelola Nadiem

Selain itu, kata Indra, program bagi-bagi laptop tak bisa sepenuhnya disebut digitalisasi. Menurutnya, bagi-bagi laptop hanya satu bagian kecil dari keseluruhan rencana digitalisasi pendidikan.

Indra mengatakan pada prinsipnya digitalisasi harus ditopang dengan 3I. Pertama, infrastruktur yang mencakup bukan saja laptop atau perangkat, tetapi juga listrik maupun konektivitas.

Kedua infostruktur, mencakup upaya pemerintah agar membuat informasi menjadi terstruktur. Informasi yang bukan hanya didapat lewat browser di mesin pencari google, namun dibuat dengan mekanisme struktur seperti aplikasi berbasis lembaga.

Ketiga infokultur, upaya agar informasi dapat diakses di mana pun, kapan pun, dan lewat perangkat apapun. Menurutnya, informasi yang tradisional dan lewat digital memiliki kultur yang berbeda jika diukur berdasarkan sejumlah parameter tersebut.

“Kulturnya ini mengenal yang namanya any time, any where, any device. Sedangkan kalau tradisional enggak bisa any time, any where, any device,” kata Indra.

“Kan belum ada tentang learning manajemen sistem mana? Kemudian bagaimana informasi itu terstruktur itu bagaimana? Ya kan? Kemudian bagaimana infokultur bagaimana,” ujarnya menambahkan.

Implementasi Guru Penggerak


BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Related Articles

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button