Update Krisis Covid-19 India: Oksigen Bagaikan Emas, Bangladesh Tutup Perbatasan, Kiriman Bantuan Internasional
NEW DELHI, KOMPAS.com – India mengalami kekurangan oksigen yang kritis di tengah lonjakan krisis Covid-19 yang menghancurkan sistem kesehatannya. Upaya internasional sedang dilakukan untuk membantu krisis Covid-19 India.
Ibu kota India, New Delhi, telah memperpanjang lockdown karena rumah sakit yang penuh sesak terus menolak pasien.
Pemerintah telah menyetujui rencana mendorong lebih dari 500 pabrik pembangkit oksigen di seluruh negeri meningkatkan pasokan.
Sementara negara tetangga Bangladesh telah mengumumkan akan menutup perbatasannya dengan India mulai Senin (26/4/2021) untuk mencegah penyebaran virus.
BBC melaporkan, hingga Minggu (25/4/2021) pagi, India melaporkan lebih dari 349.691 kasus dalam 24 jam dan 2.767 kematian lainnya. Namun, angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.
Today we have sent the first of several urgent deliveries of surplus medical equipment to our friends in India to help provide life-saving care for vulnerable Covid patients. No-one is safe until we are all safe. pic.twitter.com/HOudeYv86c
— Dominic Raab (@DominicRaab) April 25, 2021
Baca juga: Diguncang Lonjakan Kasus Covid-19, Pemerintah India Larang Penggunaan Oksigen untuk Industri
Kiriman bantuan Inggris
Pengiriman bantuan pertama meninggalkan Inggris pada Minggu (25/4/2021) dan akan tiba di India pada Selasa (27/4/2021). Pengiriman lebih lanjut akan dilakukan di akhir minggu.
Bantuan tersebut mencakup 495 konsentrator oksigen – yang dapat mengekstraksi oksigen dari udara ketika sistem oksigen rumah sakit telah habis, serta 120 ventilator non-invasif dan 20 ventilator manual.
“Kami berdiri berdampingan dengan India sebagai teman dan mitra selama waktu yang sangat mengkhawatirkan dalam perang melawan Covid-19,” kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam sebuah pernyataan.
Lonjakan infeksi telah menyebabkan pembatalan kunjungan yang direncanakan oleh Johnson ke India dan larangan perjalanan. Negara lain, termasuk UEA dan Kanada, juga telah melarang penerbangan dari India.
Baca juga: Kasus Harian Covid-19 di India Capai Rekor Tertinggi 4 Hari Berturut-turut
Bahan baku vaksin
Gedung Putih menyatakan akan segera menyediakan bahan baku vaksin kepada produsen vaksin India.
Ini mengikuti seruan oleh pejabat India dan Serum Institute of India (SII), agar AS mencabut kontrol ekspor pada bahan baku vaksin yang diberlakukan pada Februari. AS juga akan menyediakan peralatan medis dan alat pelindung.
Perancis sementara itu mengatakan akan menyediakan oksigen.
Di Brussel, Komisi Uni Eropa (UE) berencana mengirim oksigen dan obat-obatan juga. Pimpinannya, Ursula von der Leyen, mengatakan, blok itu “mengumpulkan sumber daya untuk menanggapi dengan cepat permintaan bantuan India.”
Tetangga India Pakistan, yang memiliki hubungan tegang dengan New Delhi di tengah sengketa wilayah, menawarkan peralatan dan pasokan medis.
Perdana Menteri Pakirstan Imran Khan mengunggah doanya di Twitter untuk “pemulihan cepat”. Yayasan Edhi negara itu juga menawarkan untuk mengirim 50 armada ambulans ke India.
Sights you never thought you’d see. An oxygen tanker with police escorts. More precious than gold. #india #covid19 pic.twitter.com/6hkTiH8iLF
— Yogita Limaye (@yogital) April 25, 2021
Baca juga: Corona India Naik Pesat, Uni Eropa Siapkan Bantuan Cepat
Situasi di India
Di New Delhi, wilayah berpenduduk sekitar 20 juta orang, rumah sakit penuh dan menolak pasien baru.
Setidaknya dua rumah sakit telah melihat sejumlah pasien meninggal, setelah persediaan oksigen habis. Kerabat pasien mencari tempat-tempat rumah sakit, pasokan oksigen, dan ventilator melalui media sosial.
Beberapa jalan di luar fasilitas medis menjadi penuh sesak dengan orang yang sakit parah. Sementara kerabatnya mencoba mengatur tandu dan persediaan oksigen, sembari memohon otoritas rumah sakit untuk mendapatkan tempat di dalam.
Sementara itu, kapasitas pengujian juga telah kewalahan dan krematorium bekerja sepanjang waktu.
Adegan serupa terjadi di kota-kota besar lainnya. Secara total India telah mengonfirmasi hampir 17 juta infeksi dan 192.000 kematian. Beberapa negara bagian dan teritori telah memberlakukan penguncian dan pembatasan lainnya.
Dikatakan varian yang lebih menular telah mendorong lonjakan infeksi. Itu termasuk varian Inggris yang telah ditemukan di New Delhi, dan varian yang pertama kali terdeteksi di India pada Oktober.
Baca juga: Covid-19 India: Kisah Pilu Ibu yang Dirampok dan Putranya Meninggal Usai Ditolak RS
Kritik terhadap pemerintah Perdana Menteri India Narendra Modi meningkat, karena kurangnya kesiapan negara untuk gelombang kedua. Termasuk pembiaran berlangsungnya pertemuan agama besar-besaran dan demonstrasi politik.
Pada Minggu dalam pidato radio Modi berkata, “Kami yakin, semangat kami naik setelah berhasil mengatasi gelombang pertama, tetapi badai ini telah mengguncang bangsa.”
Dia juga menuliskan belasungkawa di Twitter setelah terungkap bahwa penyanyi musik klasik India yang terkenal, Rajan Mishra, meninggal di New Delhi setelah menderita komplikasi kesehatan terkait Covid-19.
Pemerintah India telah mengonfirmasi telah meminta Twitter untuk memblokir kicauan yang mengkritik penanganan krisis oleh pihak berwenang.
Mereka beralasan kicauan itu berisi informasi yang salah, dan bertentangan dengan hukum India. Platform media sosial raksasa itu pun memblokir puluhan tweet agar tidak terlihat di India.
Sementara itu, sebuah grup surat kabar menyatakan menangguhkan liputan kompetisi kriket domestik utama negara itu, Liga Utama India. Sebab, kompetisi dinilai “tidak sesuai” jika berlangsung di tengah lonjakan itu.