Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/wartajaya.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Bela Petani Jeruk, Anggota FPKS Kritik Pemerintah yang Masih Banjiri Pasar dengan Jeruk Impor - www.wartajaya.com
Site icon www.wartajaya.com

Bela Petani Jeruk, Anggota FPKS Kritik Pemerintah yang Masih Banjiri Pasar dengan Jeruk Impor

 

Jakarta (14/04) — Legislator PKS asal Sukabumi, Slamet minta pemerintah segera menghentikan importasi hortikultura pada komoditas jeruk yang telah memukul petani jeruk di beberapa wilayah termasuk di Kabupaten Bandung Barat.

Pasalnya ketika mengawali masa reses ke Daerah, Slamet, langsung mendapat keluhan petani jeruk yang akibat jeruk impor masuk tanah air, telah merusak harga di pasaran hingga tersisa seperlima harga biasanya.

“Keluhan Petani jeruk kali ini sangat mengharukan. Kita bisa merasakan bagaimana harga jeruk yang biasa di beli perusahaan minuman seharga 35 ribu rupiah, kini cuma dihargai 7 ribu rupiah. Rezaim impor ini mesti segera sadar akan tujuan awal memimpin negara ini untuk berpihak pada rakyat kecil dan termasuk petani dan meminimalisir kebijakan impor pangan, termasuk impor produk hortikultura”, urai Slamat.

Politisi PKS ini mengingatkan kembali akan komitment pimpinan Negara. Ia menyebut, Jokowi harus komitmen dengan ucapannya, bahwa dia benci dengan produk asing. Pemerintah mesti segera menyelaraskan antara harapan dan kenyataan.

“Jangan bilang Benci Impor, tapi perijinan dan segala sesuatu mempermudah impor pangan malah dipermudah. Ini ujungnya yang sengsara rakyat kecil”, ketus Slamet.

Anggota DPR yang bermitra dengan kementerian pertanian ini udah kerap kali mengingatkan baik dalam forum resmi rapat kenegaraan di DPR maupun pada forum-forum diskusi publik, agar negara ini selalu menyeimbangkan keputusan impor dengan realitas di lapangan. Di lapangan para petani jeruk akhirnya membiarkan produknya membusuk di kebun tak terpanen akibat sulit menemukan kenyataan produknya tidak dihargai dengan layak.

“Kalo pemerintah saja sudah tidak mau melindungi petani kita, lantas tugas pemerintah dimana ?”, kata Slamet mempertanyakan.

Kini para petani jeruk banyak yang resah akibat jeruknya meragukan untuk laku di pasar. Selain keresahan anjloknya harga, mereka ini mengeluh hasil panen jeruknya tidak ada yang membeli. Seorang petani yang biasanya berpendapatan 24 juta dari 4 ton jeruk, kini mereka bukan saja menghadapi kenyataan harga terendah 7 ribu rupiah, bahkan menghadapi tidak lakunya jeruk di pasaran.

“Pemerintah mesti segera merubah kebijakan impor Hortikultura ini. Saya sangat mengkahwatirkan prediksi Bappenas bila kebijakan impor ini terus di biarkan. Profesi Petani Indonesia akan hilang atau sangat minim dengan jumlah penduduk hampir 300 juta ini. Padahal, potensi sumber daya alam negara ini lebih dari cukup untuk di kelola demi memenihi kebutuhan dalam negeri”, tutup Slamet.

Exit mobile version