Seorang relawan uji coba vaksin Corona Sinopharm yang dikembangkan oleh China National Biotec Group (CNBG) di Peru meninggal dunia. Menurut universitas yang melakukan uji coba, relawan tersebut meninggal disebabkan pneumonia yang berkaitan dengan COVID-19.
Menurut keterangan Universitas Cayetano Heredia yang terlibat dalam uji coba vaksin, kematian salah satu relawannya itu tidak berkaitan dengan vaksin. Diketahui dia mendapatkan plasebo.
“Penting untuk diketahui bahwa kematian peserta (relawan) tidak berkaitan dengan vaksin, karena dia menerima plasebo. Oleh karena itu, kami akan melaporkan ini pada badan regulasi dan etika terkait serta mempertahankan jalannya studi fase ketiga ini,” tulis pihak universitas dalam pernyataan yang dikutip dari Reuters, Rabu (27/1/2021).
Koordinator uji klinis vaksin di Universitas Cayetano Heredia, German Malaga, mengungkapkan bahwa relawannya tersebut mengidap diabetes.
Sejauh ini, mereka telah memberikan dua dosis vaksin dan plasebo pada 12 ribu relawannya. Saat ini, mereka sedang menunggu hasil dan reaksi yang dirasakan para relawan.
“Proses ini masih berkembang dan tidak akan mundur. Hal ini bisa saja terjadi, COVID-19 adalah penyakit yang bisa menyebabkan kematian,” kata Malaga.
“Pesan kami pada para relawan adalah jaga diri, karena kami tidak tahu apakah mereka diberikan vaksin atau placebo,” lanjutnya.
Dalam pernyataannya, universitas juga mengatakan bahwa mereka sempat memberikan perawatan untuk relawan tersebut, yang sempat berjuang untuk hidup selama seminggu.
Sebelumnya, pada Desember 2020 lalu Peru juga pernah menghentikan sementara uji klinis vaksin Corona Sinopharm. Ini terjadi karena ditemukannya sejumlah kejadian berat yang dialami para relawan.
Simak Video “Chili Setujui Penggunaan Darurat Vaksin Corona Sinovac“
[Gambas:Video 20detik]
(sao/up)