Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the wordpress-seo domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/wartajaya.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Perayaan Bulan Suci Dalam Tradisi Suku-Suku Indonesia #RamadhanPenuhDamai
Jaga Negeri

Perayaan Bulan Suci Dalam Tradisi Suku-Suku Indonesia #RamadhanPenuhDamai

WartaJaya.com – Ramadan, bulan suci umat Islam, tidak hanya menjadi momen penting bagi masyarakat Muslim di Indonesia, tetapi juga menjadi saat yang berharga untuk merayakan keberagaman budaya di antara suku-suku yang ada di negeri ini. Di tengah-tengah perbedaan etnis dan budaya, Ramadan menjadi kesempatan untuk menyatukan berbagai komunitas suku dalam semangat persaudaraan untuk wujudkan #RamadhanPenuhDamai.

Suku Batak, misalnya, memiliki tradisi unik yang dikenal dengan sebutan “Paso Doli”. Dalam tradisi ini, masyarakat Batak berkumpul bersama-sama untuk berbuka puasa di rumah keluarga besar atau di balai adat. “Paso Doli adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh kami sebagai momen untuk berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat hubungan antarsesama anggota suku,” ujar Tigor Sinaga, seorang tokoh adat dari suku Batak.

Tidak jauh berbeda, suku Jawa juga memiliki tradisi Ramadan yang kaya akan nilai kebersamaan. Salah satu tradisi yang populer adalah “Ngabuburit”, di mana masyarakat Jawa berkumpul untuk menunggu waktu berbuka sambil melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti bermain musik tradisional atau bercerita. “Ngabuburit bukan hanya sekadar menunggu berbuka puasa, tetapi juga sebagai wujud kegembiraan dan kebersamaan dalam menjalani Ramadan,” kata Sri Rahayu, seorang seniman Jawa.

Di wilayah timur Indonesia, suku Bugis juga memiliki tradisi yang khas dalam menyambut Ramadan. Mereka mengadakan acara “Mappacci”, di mana seluruh anggota suku berkumpul untuk bersama-sama memasak hidangan khas Bugis untuk berbuka puasa. “Mappacci adalah momen istimewa di mana kami dapat menunjukkan kecintaan kami pada budaya dan tradisi Bugis, sambil berbagi kebahagiaan dengan sesama,” ungkap Andi Rahman, seorang tokoh masyarakat Bugis.

Tidak hanya suku-suku besar, suku-suku minoritas di Indonesia juga turut merayakan Ramadan dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan. Suku Dayak, misalnya, memiliki tradisi “Bakar Batu”, di mana mereka memasak hidangan tradisional menggunakan teknik memasak di atas batu panas sebagai bagian dari perayaan Ramadan. “Bakar Batu adalah warisan leluhur yang kami banggakan, dan kami senang bisa merayakannya bersama dengan saudara-saudara Muslim lainnya,” ujar Agus Priyanto, seorang pemimpin adat suku Dayak.

Ramadan tidak hanya menjadi waktu ibadah bagi umat Islam di Indonesia, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat keragaman budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat. Melalui tradisi-tradisi unik yang dimiliki oleh setiap suku, Ramadan mengajarkan nilai-nilai persaudaraan, kebersamaan, dan toleransi yang menjadi kekuatan dalam membangun bangsa yang beragam. Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia terus mengukuhkan identitasnya sebagai negara yang kaya akan budaya, dan Ramadan menjadi salah satu momen penting dalam memperkuat fondasi keberagaman tersebut. #RamadhanPenuhDamai

Baca juga: Pemindahan ASN ke IKN: Kemenpan RB Ungkap Rincian Jabatan yang Dipindahkan

Related Articles

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button